Selasa, 02 Februari 2016

biMBA AIUEO Yogyakarta unit Bantul Launching dan Pentas

biMBA AIUEO Jogja
Penampilan sejumlah murid biMBA AIUEO Unit Bantul Yogyakarta membuat para penonton terkesima saat berlangsung acara Pentas Baca di unit tersebut, Minggu 15 Maret 2015. Misalnya saat Mohammad Fadhil membaca beberapa kalimat dengan lancar di atas panggung. Murid biMBA Bantul berusia 5 tahun tersebut menjadi istimewa, justru karena kekurangan fisiknya. Ia tak bisa berdiri maupun berjalan sebagaimana teman-temannya yang lain.
Bahkan untuk bisa berdiri di atas panggung, Fadhil harus dipegang oleh motivator biMBA. Di keseharian, Fadhil hanya bisa merangkak saat bermain sambil belajar di biMBA. Namun kekurangan fisik itu ternyata bukanlah penghambat semangatnya. “Mimi Susu Sapi,” demikian kalimat sederhana yang dibaca dengan lancar oleh Mohammad Fadhil di atas panggung pentas baca.
Selain menampilkan pentas baca murid-murid biMBA AIUEO, sejumlah orangtua murid juga menyampaikan testimoninya. “Hal yang bikin saya kaget, semangat dan minat belajar Aira sangat tinggi. Sehingga rajin sekali belajar di rumah,” tutur Maria Ulfa, ibunda dari Anissa Kumaira (6) atau yang biasa dipanggil Aira murid biMBA unit Bantul.
Beberapa murid lainnya juga tak ketinggalan menunjukkan kebolehannya dalam membaca. Pentas Baca ini menjadi suguhan yang menghibur para orangtua karena kegiatan semacam ini belum pernah ditemui sebelumnya di wilayah Bantul. Selain Pentas Baca, acara tersebut juga dimeriahkan dengan lomba mewarnai yang diikuti oleh anak-anak usia 3-4 tahun. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi ajang launching biMBA AIUEO unit Bantul yang berada di Bejen RT.02 Kelurahan Bantul Kecamatan Bantul.
Sementara itu Koordinator biMBA AIUEO Wilayah DIY, Aksan Susanto dalam sambutannya menegaskan pentingnya menanamkan minat baca dan belajar pada anak usia dini. Hal tersebut berkaca dari banyaknya peristiwa buruk berupa kenakalan yang dilakukan maupun menimpa anak-anak sekolah akhir-akhir ini. Bahkan dilakukan oleh anak-anak di tingkat sekolah dasar.
“Hal itu tak lain disebabkan oleh proses belajar yang tidak menyenangkan. Sehingga anak-anak kita menganggap belajar adalah beban. Sehingga mereka cenderung mencari pelarian dengan melakukan hal-hal buruk yang tidak kita inginkan, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah,” tegas Aksan Susanto. (Aks)
sumber: bimba-aiueo.com
Pentas Baca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar