Jumat, 21 Februari 2014

biMBA AIUEO ada di Indonesia Book Fair

biMBA AIUEO mengadakan acara pentas baca dan seni di Istora Senayan Jakarta pada tanggal 1 hingga 10 maret 2013
Acara ini menjadi ajang meningkatkan rasa percaya diri anak.
Dalam acara  ini bersamaan dengan acara Indonesia Book Fair (IBF) yang ke 12, sehingga kemeriahan di Istora Senayan terlihat oleh para pengunjung.
Selama 10 hari tersebut terdapat 2 session setiap harinya setiap sesion dihadiri sekitar 1000 anak biMBA AIUEO jadi kalo ditotal kira-kira
siswa biMBA AIUEO yang hadir dalam acara tersebut 10.000 siswa, sungguh sangat menakjubkan.
Terlihat siswa-siswa biMBA AIUEO sangat antusias dalam hal keberanian dan kepercayaan diri mereka dalam hal tampil di atas panggung, hal ini bukan hal yang mudah. Terlihat disini pihak biMBA AIUEO ingin sekali para siswanya lebih percaya diri dalam hal tampil di depan ribuan orang.
biMBA AIUEO

Kamis, 20 Februari 2014

biMBA AIUEO Jumlah Cabang hingga tahun 2013

biMBA AIEO memiliki pertumbuhan unit yang cukup signifikan peningkatannya, bisa dilihat pertumbuhan dari tahun ke tahun :
2007=58 unit
2008=128 unit
2009=208 unit
2010=308 unit
2011=453 unit
2012=704 unit
2013=950 unit
biMBA AIUEO

Latar Belakang biMBA

Keberadaan biMBA dilatarbelakangi oleh beberapa fakta di antaranya :

Mitos belajar adalah beban

biMBA AIUEO Cilegong PurwakartaBanyak anak usia pelajar yang tidak suka belajar. Coba ingat pengalaman kita semasa sekolah dahulu. Apakah kita senang belajar atau senang ketika tidak ada guru? biMBA ingin mengubah mitos tersebut, ketika anak sudah di”biMBA”kan, anak akan merasa bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan anak akan ingin mengulanginya lagi di mana pun dan kapan pun.

Dampak negatif globalisasi media elektronik

biMBA AIUEO Cilegong PurwakartaPasti kita sangat akrab dengan gambar di atas. Berapa banyak anak-anak yang lebih senang menonton TV atau bermain PS dibandingkan belajar atau membaca buku. Ada apa dengan anak-anak kita? Kembali lagi bahwa anak merasa belajar itu membosankan dan banyak aturan, sedangkan bermain PS atau menonton TV itu menyenangkan. biMBA ingin mengubah keadaan tersebut, ketika anak sudah di”biMBA”kan, ditumbuhkan kesan positif bahwa belajar itu menyenangkan, diharapkan perlahan tapi pasti, kita dapat mengurangi ketergantungan anak terhadap media elektronika dan beralih ke kegiatan yang lebih positif yaitu baca dan belajar.

Kemampuan membaca yang rendah

Kondisi minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hal tersebut terlihat dari data yang dikeluarkan BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2006. Bahwa, masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) dibandingkan membaca koran (23,5%). (www.bps.go.id).
Data lain, misalnya IEA (International Association for Evaluation of Educational). Tahun 1992, IEA melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid SD (Sekolah Dasar) kelas IV di 30 negara di dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD.
Mengapa hal itu terjadi? Karena sebagian besar orangtua hanya sibuk mengejar anak supaya bisa baca. Anak dikatakan bisa membaca ketika sudah bisa membunyikan kata atau kalimat. Definisi membaca di biMBA bukan sekadar anak bisa membunyikan kata atau kalimat, tetapi anak mengerti apa yang dibacanya. Coba kita ingat, berapa banyak anak-anak yang dapat membaca sebuah cerita dengan suara yang lantang, tetapi ketika diminta untuk menceritakan kembali isi cerita kok tidak bisa?

biMBA AIUEO Cilegong Purwakarta

Biaya pendidikan tinggi

Semakin tingginya biaya pendidikan membuat semakin banyak anak yang tidak bisa sekolah. Penanaman MINAT baca dan belajar sejak usia dini (biMBA) diperlukan untuk mengantisipasi hal tersebut, sehingga ketika keadaan yang mengharuskan mereka tidak bisa melanjutkan sekolah, mereka tidak putus asa dan masih memiliki semangat untuk tetap belajar walaupun bukan di sekolah. Inilah yang dinamakan generasi pembelajar mandiri sepanjang hayat.

Usia dini merupakan Golden Age atau Critical Period

biMBA AIUEO Cilegong PurwakartaUsia 3 sampai 6 tahun adalah masa emas pertumbuhan anak yang tidak akan pernah terulang lagi selama hidup mereka. Untuk itu di masa emas inilah anak harus mendapatkan rangsangan positif dari lingkungan sekitarnya yang akan menjadi bekal mereka untuk tahap perkembangan selanjutnya.
Mengapa disebut critical period? Karena ini adalah masa-masa kritis, anak adalah peniru yang sangat handal, segala informasi akan mudah diserap oleh anak, tetapi anak belum mengerti konsep baik atau buruk, benar atau salah. Pembentukan konsep diri anak dimulai sejak usia 3 tahun. Anak ibarat sebuah meja tanpa kaki, ketika informasi yang diterima adalah informasi yang positif, maka ia akan membentuk kaki-kaki yang kuat berupa konsep diri yang positif dan sebaliknya jika yang diterima adalah informasi negatif, maka anak akan membentuk kaki-kaki yang kuat berupa konsep diri yang negatif.

Tujuan biMBA

Tujuan Khusus:

Meningkatkan MINAT baca dan belajar anak secara intrinsik. Anak mau melakukan kegiatan baca dan belajar karena keinginannya sendiri bukan karena paksaan, sehingga setiap anak merasa BAHAGIA bukan terbebani, yang akan berdampak pada meningkatnya kemampuan anak. Inilah ke-SUKSES-an yang dicapai anak.

Tujuan Umum:

Seluruh keluarga besar biMBA merasa BAHAGIA & SUKSES.

Visi biMBA:

Membangun generasi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Anak – anak biMBA diharapkan mampu dan mau belajar dimana pun dan kapan pun. Belajar tidak harus di sekolah, dengan kegiatan membaca kita bisa menjelajahi dunia.

Manfaat biMBA

biMBA sangat bermanfaat bagi anak, orangtua, lingkungan, bangsa, dan negara.

Manfaat bagi anak

Terpenuhinya HAK anak untuk mendapatkan pendidikan tanpa mengurangi HAK mereka untuk bermain. Karena konsep biMBA adalah bermain sambil belajar.

Manfaat bagi orangtua

Orangtua tidak harus membantu anak dalam belajar, karena kebanyakan orangtua zaman sekarang adalah wanita karier yang mempunyai sedikit waktu di rumah. Orangtua tidak perlu marah-marah menyuruh anak untuk belajar, sehingga suasana di rumah menjadi tenang dan hubungan antar anggota keluarga menjadi lebih harmonis.

Manfaat bagi lingkungan

  • Membuka lapangan pekerjaan.
  • Mengadakan pendidikan gratis untuk masyarakat tidak mampu. 

Manfaat bagi bangsa dan negara

  • Melahirkan generasi pembelajar mandiri sepanjang hayat.
  • Terbentuknya generasi yang tangguh dan kreatif karena tidak menyerah dengan keadaan dan memiliki semangat belajar yang tinggi.
  • Negara menjadi maju karena SDM-nya berkualitas




Jumat, 14 Februari 2014

biMBA AIUEO Cilegong Purwakarta | Tentang biMBA AIUEO

biMBA AIUEO adalah suatu institusi bimbingan minat baca dan belajar anak.
Merupakan suatu lembaga pendidikan informal untuk anak usia 3-6 tahun yang akan ditumbuhkan MINAT baca dan belajarnya dengan metode-metode bermain, tanpa harus dipaksakan.
Percayakan anak Bapak dan Ibu di biMBA AIUEO cabang Cilegong Purwakarta agar tumbuh Minat belajarnya, segera daftarkan.
biMBA AIUEO sudah 1200 unit pada bulan Januari 2014.

Tentang biMBA AIUEO

biMBA adalah program bimbingan minat baca dan minat belajar untuk anak, yang dapat meningkatkan minat belajar anak secara signifikan, dan otomatis meningkatkan kemampuan membaca dan pengetahuan anak secara luar biasa. Ditujukan untuk anak ussia dini, yaitu mulai usia 3 tahun. Progam ini  bukan les atau kursus membaca yang berorientasi hasil atau kemampuan membaca, tetapi meningkatkan minat baca dan minat belajar anak.
biMBA AIUEO ada dibawah naungan Yayasan Pengembangan Anak Indonesia ( YPAI ) yang berdiri sejak tahun 1996. biMBA bukan tempat les atau kursus membaca, karena di biMBA AIUEO yang ditumbuhkan adalah MINAT atau keinginan anak untuk baca dan belajar, jadi bukan karena paksaan orangtua ataupun guru, melainkan karena anak ingin dan senang melakukannya.
Dampak dari tumbuhnya MINAT anak untuk baca dan belajar adalah meningkatnya KEMAMPUAN baca dan belajar anak secara LUAR BIASA. Mengapa demikian? Bila anak mendapat kesan positif bahwa belajar itu menyenangkan, pasti ia akan mau mengulanginya lagi dengan senang hati, kapan pun dan dimana pun tanpa merasa terbebani. Pengulangan tersebut merupakan latihan bagi anak, dengan seringnya anak melakukan latihan maka kemampuannya akan semakin meningkat. Jika anak mampu, maka kegiatan belajar akan menjadi menyenangkan.
Jika hal dasar di atas terpenuhi, maka minat belajar anak akan tumbuh dengan alami. Pembelajaran anak usia dini dengan pemaksaan atau paksaan akan menghasilkan anak nakal.
Latar belakang biMBA AIUEO
Keberadaan biMBA dilatarbelakangi oleh beberapa fakta diantaranya adalah:
Mitos belajar adalah beban
Banyak anak usia pelajar yang tidak suka belajar. Coba ingat pengalaman kita semasa sekolah dulu, apakah kita senang belajar atau senang ketika tidak ada guru? biMBA ingin merubah mitos tersebut, ketika anak sudah di”biMBA”kan, anak akan merasa bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan dan anak akan mau mengulanginya lagi dimanapun dan kapanpun.
Dampak negatif globalisasi media elektronik
Pasti kita sangat akrab dengan gambar diatas. Berapa banyak anak-anak yang lebih senang nonton TV atau main PS ketimbang belajar atau membaca buku. Ada apa dengan anak-anak kita? Kembali lagi bahwa anak merasa belajar itu membosankan dan banyak aturan, sedangkan bermain PS atau nonton TV itu menyenangkan. biMBA ingin merubah keadaan tersebut, ketika anak sudah di”biMBA”kan, ditumbuhkan kesan positif bahwa belajar itu menyenangkan, diharapkan perlahan tapi pasti, kita dapat mengurangi ketergantungan anak terhadap media elektronika dan beralih ke kegiatan yang lebih positif yaitu baca dan belajar.
Kemampuan membaca yang rendah
Kondisi minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Itu terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006. Bahwa, masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).(www.bps.go.id).
Data lain, misalnya International Association for Evaluation of Educational (IEA). Tahun 1992, IEA melakukan riset tentang kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar (SD) kelas IV di 30 negara di dunia. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-29. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak SD.
Mengapa hal itu terjadi? Karena sebagian besar orangtua hanya sibuk mengejar anak supaya bisa baca. Anak dikatakan bisa membaca ketika sudah bisa membunyikan kata atau kalimat. Definisi membaca di biMBA bukan sekedar anak bisa membunyikan kata atau kalimat, tetapi anak mengerti apa yang dibacanya. Coba kita ingat, berapa banyak anak-anak yang dapat membaca sebuah cerita dengan suara yang lantang, tetapi ketika diminta untuk menceritakan kembali isi cerita kok tidak bisa?
Belenggu biaya pendidikan yang tinggi
Semakin tingginya biaya pendidikan membuat semakin banyak anak yang tidak bisa sekolah. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan penanaman MINAT baca dan belajar sejak usia dini ( biMBA ), sehingga ketika keadaan yang mengharuskan mereka tidak bisa melanjutkan sekolah, mereka tidak putus asa dan masih memiliki semangat untuk tetap belajar walaupun bukan di sekolah. Inilah yang dinamakan generasi pembelajar mandiri sepanjang hayat.
Usia dini merupakan Golden Age atau Critical Period
Usia 3 sampai 6 tahun adalah masa emas pertumbuhan anak yang tidak akan pernah terulang lagi selama hidup mereka. Untuk itu di masa emas inilah anak harus mendapatkan rangsangan positive dari lingkungan sekitarnya yang akan menjadi bekal mereka untuk tahap perkembangan selanjutnya.
Mengapa disebut critical period ? karena ini adalah masa-masa kritis, anak adalah peniru yang sangat handal, segala informasi akan mudah diserap oleh anak, tetapi anak belum mengerti konsep baik atau buruk, benar atau salah. Pembentukan konsep diri anak dimulai sejak usia 3 tahun. Anak ibarat sebuah meja tanpa kaki, ketika informasi yang diterima adalah informasi yang positif, maka ia akan membentuk kaki-kaki yang kuat berupa konsep diri yang positif dan sebaliknya jika yang diterima adalah informasi negatif, maka anak akan membentuk kaki-kaki yang kuat berupa konsep diri yang negatif.