Meski Jauh Lebih Berat dari Pendidikan di Indonesia, Pelajar Jepang tetap Lebih Pintar. Bila Finlandia didapuk mememiliki sistem pendidikan yang
canggih dengan pembebasan PR dan Ujian nasional. Lain halnya dengan Jepang.
Pendidikan di Jepang hampir sama dengan pendidikan di Indonesia yang juga
memberikan PR dan Ujian Nasional di akhir sekolah. Akan tetapi pendidikan
Jepang justru jauh lebih berat jika dibandingkan di negeri sendiri.
Berikut adalah bukti bahwa pendidikan di Jepang jauh lebih
berat dari Pendidikan di Indonesia:
1. Struggle is
real untuk anak Jepang, usia 3 tahun cram
school sudah siap menunggu
Cram school atau bisa disebut dengan Juku merupakan
kelas tambahan di luar jam sekolah untuk mempersiapkan anak-anak Jepang sebelum
memulai ujian. Jika dalam pendidikan di Indonesia bisa dibilang mirip dengan
bimbel sebelum UN berlangsung. Bedanya jika di Jepang cram school ini sudah
wajib untuk diikuti sejak usia 3 tahun, lebih berat bukan? Sistem pendidikan
Jepang yang menitikberatkan pada kualitas sekolah menjadikan para orang tua
berlomba-lomba memilihkan sekolah terbaik untuk anaknya sejak dini. Bahkan
untuk bisa masuk ke Yochisa yang merupakan salah satu SD terfavorit disana
anak-anak harus bisa bersaing dengan 1290 peserta lainnya, dan setiap tahunnya
Yochisa hanya mau menerima sekitar 132 murid saja.
2. Semakin
dewasa, tingkat stress pelajar Jepang semakin meningkat dengan satu ujian akhir
SMA
Sekilas tak beda dengan pendidikan di Indonesia yang
mengadakan ujian akhir SMA, akan tetapi di Jepang jauh lebih kejam. Setiap ahir Januari, ribuan pelajar Jepang wajib mengikuti National centre Test for
University Admission. Dengan mengikuti test ini mereka akan dapat memilih mata pelajaran apa yang akan dijadikan key point
mereka, seperti Math-Science untuk yang ingin masuk ke jurusan Teknik atau
Japanese dan Social Studies untuk yang ingin masuk jurusan social. Selain itu
mereka juga harus memilih satu universitas yang menjadi pilihan mereka. Dan hal
ini juga tidak mudah, untuk mencapai dan bisa masuk ke universitas yang
diinginkan pelajar Jepang juga harus bisa mencapai passing grade yang telah
ditentukan oleh pihak universitas. Semakin tinggi ranking dari universitas,
maka semakin tinggi pula passing gradenya. Jika gagal maka mereka akan
menjalani hari yang disebut dengan ronin, sebuah sebutan untuk mereka yang
belum bisa masuk universitas dan harus menyiapkan diri kebali untuk tahun
berikutnya.
3.
Walaupun tingkat stress tinggi, akan tetapi pelajar Jepang tetap bisa bertahan menjadi pionir pendidikan dunia
Walaupun tingkat stress tinggi, akan tetapi pelajar Jepang tetap bisa bertahan menjadi pionir pendidikan dunia
Meskipun bisa dibilang jauh lebih stress jika
dibandingkan pelajar di Indonesia, akan tetapi dunia mengakui jika Jepang
memiliki pendidikan yang berhasil, hal ini terbukti pada tahun 2013 Jepang
berhasil meduduki urutan pertama ranking global pendidikan dunia mengalahkan
Finlandia yang pada saat itu merosot hingga ke peringkat 5. Tentu hal ini
merupakan pencapaian yang sepadan dengan beratnya sistem pendidikan di Jepang,
Meski begitu pelajar Jepang tetap mampu bertahan dan selalu bersemangat
memberikan kontribusi terbaik untuk bangsanya.
4. Kunci
keberhasilan dari Jepang sangatlah sederhana: kedekatan dengan Ibu dan semangat
GANBARE
Saat pendidikan di Negara lain termasuk pendidikan di
Indonesia terus berusaha merombak sistem pendidikan untuk mencapai peningkatan.
Jepang justru tak bergeming dengan sistem pendidikannya yang keras. Dalam
sebuah catatan, logika dari Keberhasilan sistem pendidikan di Jepang dibahas dengan lengkap.
“Penelitian menunjukkan bahwa non cognitive skill lah yang menjamin keberhasilan
seseorang di masa depan. Non
cognitive skill ini ditunjukkan dari kemampuan
seseorang menghadapi stres, menahan diri, dan bersikap di tengah masyarakat.”
Di jepang sendiri non cognitive skill ini juga tercipta dari hal yang
sederhana sejak kecil, yaitu Amae atau hubungan kedekatan seorang anak dengan
ibu. Di Jepang sendiri juga sudha menjadi hal yang wajar jika terdapat seorang
perempuan yang akan berhenti bekerja atau mengambil parttime job demi mengurus
anak. Hal ini dikarenakan biasa day care dan pajak penghasilan Negara Jepang
yang mahal. Akan tetapi justru kedekatan ibu dan anak ini sangat mempengaruhi
ketahanan pelajar Jepang terhadap stress.
Itulah perbedaan antara sistem pendidika di JEpang dan pendidikan di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar